Diceritakan, ada pejabat kerajaan yang hendak menyiksa seseorang yang tidak bersalah. Orang ini lalu mencari perlindungan kepada seorang wanita zuhud, zahidah, keturunan Rasulullah SAW. Namanya Syarifah Nafisah binti Al-Hasan bin Zaid bin Al-Hasan, putra Ali bin Abi Thalib dengan Syaidah Fatimah Azzahra.
Kepada orang itu, Syarifah Nafisah berpesan, "Allah Yang Maha Kuasa, akan menutupi mata orang yang zalim sehingga dia tidak bisa melihatmu."
Orang itu lalu pergi . Namun, dia berhasil dipergoki pejabat kerajaan bersama para pengawalnya. Anehnya, sipejabat berwenang tidak melihat buruannya walau ada didepan matanya.
Para pengawal lalu menceritakan kepada pejabat itu bahwa orang itu sebelumnya telah mengunjungi Syarifah Nafisah dan minta didoakan agar terbebas dari siksaannya. Mendengar cerita ini, si pejabat menyadari kesalahannya. Dia menundukan kepala seraya berkata, "kalau begitu, kedzalimamku telah mencapai tingkat sedemikian rupa, sehingga karena doa manusia saja Allah telah menutup mataku dari melihat orang yang terdzalimi! Ya Allah, aku bertobat kepadaMu."
Ketika pejabat itu mengangkat wajahnya lagi, dia melihat orang yang dicarinya itu berdiri dihadapannya. Diapun lalu mendoakan orang itu, mencium kepalanya, dan menghadiahi seperangkat pakaian bagus.
Sang pejabat kemudian mengumpulkan kekayaannya dan menyedekahkannya kepada orang-orang miskin.
Kisah yang dikutip Dr.Javad Nubakhsh dalam bukunya Sufi Women, itu baru sepenggal dari kisah hidup Syarifah Nafisah yang penuh dengan puasa, shalat malam, dan kezuhudm. Beliau juga terkenal luas tingkat karomah dan kemampuan kharismatiknya. Menurut sejarah, beliau lahir di Mekah, dan menikah dengan Ishak Mu'tamin bin Imam Ja!far As-Shadiq. Kemudian hijrah ke Mesir, negeri tempat beliau menghabiskan waktunya selama sekitar tujuh taun, sebelum akhirnya meninggal dunia pada 208 H/788 M.
Diceritakan, menjelang wafatnya Beliau sedang berpuasa, dan orang-orang menyarankannya agar membatalkan puasannya. Beliaupun berkata, "Alangkah anehnya sarankan ini. Selama tiga puluh tahun ini aku bercita-cita hendak menghadap Tuhanku dalam keadaan berpuasa. Apakah sekarang aku harus membatalkan puasaku? Tidak, tidak mungkin!"
Beliau lalu membaca ayat Al-Quran surah Al-An'am. Ketika sampai pada ayat "Bagi mereka Darussalam (rumah kediaman) disisi Tuhan mereka dan Dia-lah pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang mereka kerjakan" (ayat 127), zahidah inipun menghembuskan nafas terakhirnya.
Sebelum wafat, Syarifat Nafisah menyuruh orang menggali kubur untuknya dan mebacakan diatasnya Al-Qur'an sebanya enam ribu kali tamat. Dan, ketika beliau meninggal dunia, seluruh Mesir suasana berkabung yang sangat mendalam.
[sumber:sufi women;Dr.Javad Nurbakhsh
]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar