Tampilkan postingan dengan label keajaiban sufi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keajaiban sufi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 November 2010

Keramat Tanjung Priuk, Mbah Priuk

Makam Keramat yang Berada di Terminal Peti Kemas, Tanjung Priuk 

Keramat Tanjung Priuk yaitu Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, Dilahirkan di Ulu, Palembang, Sumatra Selatan pada tahun 1727 M. Beliau belajar ilmu agama pada ayahandanya dan kakeknya. Meningkat usia dewasa Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad , Hijrah ke Hadramaut (Yaman Selatan), meneruskan datuknya yaitu Al Habib Abdullah Bin Alwi Al Haddad, yang dikenal dengan sebutan Shohibul Ratib Al Haddad. Beliau menetap di Hadramaut beberapa tahun lamanya, kemudian beliau kembali ketempat kelahirannya di daerah Ulu, Palembang, Sumatra Selatan.

Pada tahun 1756 M, dalam usia kurang lebih 29 tahun, Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, pergi ke pulau Jawa bersama Habib Ali Al Haddad, dan 3 orang azam, dari Palembang dengan menggunakan perahu. Adapun maksud dan tujuannya ingin mensyiarkan agama Islam dan sekaligus berziarah ke beberapa tempat diantaranya ke Luar Batang (Al Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus), Cirebon (Sunan Gunung Jati), dan terus sampai ke Surabaya (Sunan Ampel). Ketika akan berangkat ke pulau Jawa, Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad atau Mbah Priuk, diserang dan dikejar-kejar oleh tentara Belanda, akan tetapi tidak satupun peluru dan senjata meriam yang mengenai perahunya, dan dalam serangan tersebut tidak terjadi apapun pada diri Mbah Priuk, dan yang lainnya, Sehingga akhirnya tentara Belanda itu pun menghentikan serangannya.

Hal ini merupakan bukti karomah Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, Beliau adalah seorang wali allah yang mengabdikan hidupnya hanya mensyiarkan agama Islam didalam menegakkan kalimat tauhid dari tanah kelahirannya hingga sampai keluar daerah (pulau Sumatra, Jawa dan yang lainnya).

Dalam perjalanan kurang lebih 2 bulan lamanya, Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, singgah dibeberapa tempat ketika sedang perjalanan, perahu tersebut beserta rombongannya dihantam badai dan ombak yang disertai hujan yang sangat deras, sehingga semua perbekalan yang ada didalam perahu terhambur dan terlempar semua, adapun yang tersisa hanyalah beras yang tercecer beberapa liter saja, dan alat menanak nasi (priuk). Untuk menanak nasi saja beliau menggunakan kayu bakar dengan petak-petak perahu gagang dayung pun digunakannya. Lalu ketika perbekalan habis jubah beliau dimasukan kedalam priuk lalu beliau berdoa ketika dibuka jadilah nasi dengan karomahnya Mbah Priuk.

Beberapa hari kemudian datang lagi badai dan ombak yang lebih besar disertai dengan hujan dan guntur yang menggelegar, sehingga perahu pun tidak dapat lagi dikendalikan dan akhirnya perahu beliau karam (terbalik). Kejadian tersebut mengakibatkan meninggalnya 3 orang dari azami. Adapun Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, dan Habib Ali Al Haddad, Selamat lalu dengan susah payah beliau berenang untuk mencapai perahu yang dalam keadaan posisi terbalik.


Kemudian diatas perahu itu Beliau dapat melaksanakan shalat berjamaah dan dilanjutkan dengan berdoa. Didalam kondisi yang sudah lemah, kurang lebih 10 hari lamanya tidak makan, sampai akhirnya beliau jatuh sakit dan tidak dapat tertolong lagi oleh Habib Ali Al Haddad sehingga wafatlah Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad.

Sedangkan Habib Ali Al Haddad, masih dalam kondisi lemah duduk diatas perahu bersama jenazah Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad dan begitu juga priuk (alat memasak nasi) dan sebuah dayung yang masih ada itu terdorong oleh ombak, dan diiringi ribuan ikan lumba-lumba, sehingga akhirnya sampai ketepian pantai menanjung.

Asal Mula Nama Tanjung Priuk

Rupanya semenjak kejadian itu terjadi, ditepi pantai ada beberapa orang yang melihat dan menyaksikan kejadian tersebut, sehingga ketika perahu mendarat ditepi pantai mereka langsung menolongnya, hingga dengan pertolongannya, diantara mereka itu ada beberapa pekerja (kuli) yang berasal dari banten dengan segera jenazah Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad dimakamkan, sebagai tanda batu nisan yang dtancapkan dibagian kepalanya adalah dayung yang sudah pendek dan dibagian kaki ditancapkannya sebatang kayu kecil sebesar lengan anak kecil yang kemudian tumbuh menjadi pohon tanjung.

Adapun priuk nasinya ditaruh disisi makam, konon ceritanya priuk tersebut lama-lama bergesar dan akhirnya sampai ke laut. Dan banyak orang bercerita bahwa 3 atau 4 tahun sekali priuk itu timbul di laut dengan ukuran sebesar rumah adanya. Diantara orang yang menyaksikan kejadian itu adalah perwira TNI yang bernama Ismali yang berpangkat Sersan Mayor tatkala ia sedang bertugas diwaktu tengah malam, dia melihat langsung priuk tersebut.

Dengan sebab kejadian tersebut, maka banyak orang yang menamakan bahwa daerah itu, dengan sebutan Tanjung Priuk dan ada juga dengan sebutan Pondok Dayung yang artinya Dayung Pendek (dialog bahasa sunda). Setelah beberapa bulan lamanya Habib Ali Al Haddad menetap didaerah itu, lalu melanjutkan perjalanannya sampai ke pulau Sumbawa hingga menetap selamanya disana.

Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad atau Keramat Tanjung Priuk setelah kurang lebih 23 tahun dimakamkan, pemerintah Belanda pada saat itu ingin bermaksud membangun pelabuhan didaerah itu. pada saat pembangunan berlangsung banyak sekali kejadian yang menimpa ratusan para pekerja (kuli) dan opsir Belanda sampai menjadi bingung dan heran atas kejadian tersebut. Dan akhirnya menghentikan pembangunan yang sedang dilaksanakan.

Rupanya pemerintah belanda masih ingin melanjutkan pembangunan pelabuhan tersebut. dengan cara pengekeran dari seberang (yang sekarang dok namanya), alangkah terkejutnya pemerintah Belanda saat itu, ketika dilihat makam itu ada orang yang sedang duduk berjubah putih sedang memegang tasbih. Maka dipanggil beberapa orang mandor oleh pemerintah Belanda untuk membicarakan peristiwa tersebut, yang akhirnya didapatkan kata sepakat yaitu untuk mencari orang yang berilmu, yang dapat berkomunikasi dengan orang yang berjubah putih tersebut yaitu Habib Hasan Bin Muhamamd Al Haddad, Akhirnya mereka bertemu dengan seseorang yang dimaksud yaitu orang berilmu (seorang kyai) untuk melakukan khatwal. Alhasil diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Apabila daerah (tanah) ini, akan dijadikan sebagai pelabuhan olah pemerintah belanda, tolong sebelumnya pindahkanlah saya terlebih dahulu dari tempat ini.

2. Untuk memindahkan saya tolong hendaknya hubungi terlebih dahulu adik saya yang bernama Habib Zein Bin Muhamammad Al Haddad yang bertempat tinggal di daerah Ulu, Palembang, Sumatera Selatan.

Akhirnya pemerintah Belanda menyetujui atas permintaan Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad (dalam khatwalnya), kemudian dengan menggunakan kapal laut mengirim utusannya termasuk orang yang berilmu tadi (seorang kyai), untuk mencari Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad.

Didalam pencariannya sangat mudah di ketemukan sehingga dibawalah langsung Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad, ke pulau Jawa untuk membuktikan kebenarannya. Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad, dalam khatwalnya membenarkan " Ini Adalah Makam Saudaraku Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad yang sudah lama tidak ada kabarnya."

Selama kurang lebih 15 hari lamanya Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad, menetap untuk melihat suasana dan akhirnya Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, dipindahkan di jalan Dobo yang masih terbuka dan luas, dalam proses pemindahan jasad Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, maih dalam keadaan utuh disertai aroma yang sangat wangi, sifatnya masih melekat kelopak matanya bergetar seperti orang hidup.

Setelah itu Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad, meminta kepada pemerintah Belanda agar makam Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, itu dipagar dengan kawat yang rapih dan baik, serta diurus oleh beberapa orang pekerja untuk mengurus makam tersebut. Akhirnya pemerintah Belanda memenuhi permintaan Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad itu.

Setelah permintaan dipenuhi Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad meminta waktu 2 sampai 3 bulan lamanya, untuk menjemput keluarga beliau yang berada didaerah Ulu, Palembang, Sumatera Selatan. Untuk kelancaran penjemputan pemerintah Belanda pun memberikan fasilitas kepada beliau. Dalam kurun waktu yang dijanjikan Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad, kembali ke pulau Jawa dengan membawa keluarga beliau.

Didalam kejadian pemindahan jenazah Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad tersebut banyak orang yang menyaksikan diantaranya :

1. Al Habib Muhammad Bin Abdulloh Al Habsyi

2. Al Habib Ahmad Dinag Al Qodri dari gang 28

3. K.H Ibrohim dari gang 11

4. Bapak Hasan yang masih muda sekali pada masa itu.

5. Dan banyak lagi yang menyaksikan termasuk pemerintah Belanda.

Yang kemudian bapak Hasan itu, menjadi pengurus makam Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, yang kesemuanya pada saat sekarang ini sudah meninggal dunia. Merekalah yang menjadi saksi dan mengatakan bahwa jasad Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, masih utuh dan kain kafannya masih mulus dan baik, selain itu wangi sekali harumnya.

Dipemakaman itulah dikebumikan kembali jasad beliau yang sekarang ini diwilayah pelabuhan PTK (Terminal Peti Kemas) Koja Utara, kecamatan Koja, Tanjung Priuk, Jakarta Utara. Setelah Pemindahan makam, banyak orang yang berziarah ke maqom Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad tersebut, sebagaimana diceritakan oleh putera Habib Zein Bin Muhammad Al haddad, yaitu Habib Ahmad Bin Zein Al haddad.


sumber:http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-ulama/keramat-tanjung-priuk-mbah-priuk.html

baca selengkapnya......

Kamis, 28 Oktober 2010

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani

Nama Beliau :
Nama beliau adalah Ja’far bin Tsa’lab bin Ja’far bin Ali bin Muthahhar bin Naufal Al Adfawi. Seoarang ‘ulama bermadzhab Syafi’I yang tinggal di Baghdad.

Kelahiran dan wafatnya beliau :
Dilahirkan pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 685 H. Wafat tahun 748 H di Kairo. Biografi beliau dimuat oleh Al Hafidz di dalam kitab Ad Durarul Kaminah, biografi nomor 1452.

Imam Ibnu Rajab menyatakan bahwa Syeikh Abdul Qadir Al Jailani lahir pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut juga dengan Kailan. Sehingga diakhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliy. (Biaografi beliau dimuat dalam Kitab Adz Dzail ‘Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134, karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali. Buku ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia).

Beliau wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi’ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.

Masa muda beliau :
Beliau meninggalkan tanah kelahiran, dan merantau ke Baghdad pada saat beliau masih muda. Di Baghdad belajar kepada beberapa orang ulama’ seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein Al Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al Muharrimi. Beliau belajar sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama’. Suatu ketika Abu Sa’ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil-kecilan di daerah yang bernama Babul Azaj. Pengelolaan sekolah ini diserahkan sepenuhnya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim disana sambil memberikan nasehat kepada orang-orang yang ada tersebut. Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasehat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga sekolah itu tidak kuat menampungnya. Maka, diadakan perluasan.

Murid-murid beliau :
Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama’ terkenal. Seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun kitab Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Juga Syeikh Qudamah penyusun kitab figh terkenal Al Mughni.

Perkataan ulama tentang beliau :
Syeikh Ibnu Qudamah rahimahullah ketika ditanya tentang Syeikh Abdul Qadir, beliau menjawab, " kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian terhadap kami. Kadang beliau mengutus putra beliau yang bernama Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu." Syeikh Ibnu Qudamah sempat tinggal bersama beliau selama satu bulan sembilan hari. Kesempatan ini digunakan untuk belajar kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani sampai beliau meninggal dunia. (Siyar A’lamin Nubala XX/442).

Beliau adalah seorang ‘alim. Beraqidah Ahlu Sunnah, mengikuti jalan Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki karamah-karamah. Tetapi banyak (pula) orang yang membuat-buat kedustaan atas nama beliau.

Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, "thariqah" yang berbeda dengan jalan Rasulullah, para sahabatnya, dan lainnya. Diantaranya dapat diketahui dari perkataan Imam Ibnu Rajab, " Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syeikh, baik ‘ulama dan para ahli zuhud. Beliau banyak memiliki keutamaan dan karamah.

Tetapi ada seorang yang bernama Al Muqri’ Abul Hasan Asy Syathnufi Al Mishri (Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu Yusuf bin Jarir Al Lakh-mi Asy Syath-Nufi. Lahir di Kairo tahun 640 H, meninggal tahun 713 H. Dia dituduh berdusta dan tidak bertemu dengan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani) mengumpulkan kisah-kisah dan keutamaan-keutamaan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam tiga jilid kitab. Dia telah menulis perkara-perkara yang aneh dan besar (kebohongannya ). Cukuplah seorang itu berdusta, jika dia menceritakan yang dia dengar. Aku telah melihat sebagian kitab ini, tetapi hatiku tidak tentram untuk berpegang dengannya, sehingga aku tidak meriwayatkan apa yang ada di dalamnya. Kecuali kisah-kisah yang telah mansyhur dan terkenal dari selain kitab ini. Karena kitab ini banyak berisi riwayat dari orang-orang yang tidak dikenal. Juga terdapat perkara-perkara yang jauh ( dari agama dan akal ), kesesatan-kesesatan, dakwaan-dakwaan dan perkataan yang batil tidak berbatas. (Seperti kisah Syeikh Abdul Qadir menghidupkan ayam yang telah mati, dan sebagainya.) semua itu tidak pantas dinisbatkan kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah.

Kemudian aku dapatkan bahwa Al Kamal Ja’far Al Adfwi (Nama lengkapnya ialah Ja’far bin Tsa’lab bin Ja’far bin Ali bin Muthahhar bin Naufal Al Adfawi. Seoarang ‘ulama bermadzhab Syafi’i. Dilahirkan pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 685 H. Wafat tahun 748 H di Kairo.

Biografi beliau dimuat oleh Al Hafidz di dalam kitan Ad Durarul Kaminah, biografi nomor 1452.) telah menyebutkan, bahwa Asy Syath-nufi sendiri tertuduh berdusta atas kisah-kisah yang diriwayatkannya dalam kitab ini."(Dinukil dari kitab At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa’dah 1415 H / 8 April 1995 M.). Imam Ibnu Rajab juga berkata, " Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah memiliki yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu ma’rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib.

Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang dengan sunnah. Beliau membantah dengan keras terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah."

Syeikh Abdul Qadir Al Jailani menyatakan dalam kitabnya, Al Ghunyah, "Dia (Allah ) di arah atas, berada diatas ‘arsyNya, meliputi seluruh kerajaanNya. IlmuNya meliputi segala sesuatu." Kemudian beliau menyebutkan ayat-ayat dan hadist-hadist, lalu berkata " Sepantasnya menetapkan sifat istiwa’ ( Allah berada diatas ‘arsyNya ) tanpa takwil ( menyimpangkan kepada makna lain ). Dan hal itu merupakan istiwa’ dzat Allah diatas arsys." (At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 515). Ali bin Idris pernah bertanya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, " Wahai tuanku, apakah Allah memiliki wali (kekasih ) yang tidak berada di atas aqidah ( Imam ) Ahmad bin Hambal?" Maka beliau menjawab, " Tidak pernah ada dan tidak akan ada."( At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 516).

Perkataan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani tersebut juga dinukilkan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Al Istiqamah I/86. Semua itu menunjukkan kelurusan aqidahnya dan penghormatan beliau terhadap manhaj Salaf.

Sam’ani berkata, " Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah penduduk kota Jailan. Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup beliau."

Imam Adz Dzahabi menyebutkan biografi Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A’lamin Nubala, dan menukilkan perkataan Syeikh sebagai berikut,"Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat."

Imam Adz Dzahabi menukilkan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan Syeikh Abdul Qadir yang aneh-aneh sehingga memberikan kesan seakan-akan beliau mengetahui hal-hal yang ghaib. Kemudian mengakhiri perkataan, "Intinya Syeikh Abdul Qadir memiliki kedudukan yang agung. Tetapi terdapat kritikan-kritikan terhadap sebagian perkataannya dan Allah menjanjikan (ampunan atas kesalahan-kesalahan orang beriman ). Namun sebagian perkataannya merupakan kedustaan atas nama beliau."( Siyar XX/451 ).

Imam Adz Dzahabi juga berkata, " Tidak ada seorangpun para kibar masyasyeikh yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, dan banyak diantara riwayat-riwayat itu yang tidak benar bahkan ada yang mustahil terjadi ". Syeikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali berkata dalam kitabnya, Al Haddul Fashil,hal.136, " Aku telah mendapatkan aqidah beliau ( Syeikh Abdul Qadir Al Jailani ) didalam kitabnya yang bernama Al Ghunyah. (Lihat kitab Al-Ghunyah I/83-94) Maka aku mengetahui bahwa dia sebagai seorang Salafi. Beliau menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah dan aqidah-aqidah lainnya di atas manhaj Salaf. Beliau juga membantah kelompok-kelompok Syi’ah, Rafidhah,Jahmiyyah, Jabariyyah, Salimiyah, dan kelompok lainnya dengan manhaj Salaf." (At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa’dah 1415 H / 8 April 1995 M.)

Inilah tentang beliau secara ringkas. Seorang ‘alim Salafi, Sunni, tetapi banyak orang yang menyanjung dan membuat kedustaan atas nama beliau. Sedangkan beliau berlepas diri dari semua kebohongan itu. Wallahu a’lam bishshawwab.

Kesimpulannya beliau adalah seorang ‘ulama besar. Apabila sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjung-nyanjungnya dan mencintainya, maka suatu kewajaran. Bahkan suatu keharusan. Akan tetapi kalau meninggi-ninggikan derajat beliau di atas Rasulullah shollallahu’alaihi wasalam, maka hal ini merupakan kekeliruan yg fatal. Karena Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalam adalah rasul yang paling mulia diantara para nabi dan rasul. Derajatnya tidak akan terkalahkan disisi Allah oleh manusia manapun.

Adapun sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam do’a mereka. Berkeyakinan bahwa do’a seseorang tidak akan dikabulkan oleh Allah, kecuali dengan perantaranya. Ini juga merupakan kesesatan. Menjadikan orang yang meningal sebagai perantara, maka tidak ada syari’atnya dan ini diharamkan. Apalagi kalau ada orang yang berdo’a kepada beliau. Ini adalah sebuah kesyirikan besar. Sebab do’a merupakan salah satu bentuk ibadah yang tidak diberikan kepada selain Allah. Allah melarang mahluknya berdo’a kepada selain Allah, Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya Disamping (menyembah ) Allah. (QS. Al-Jin : 18).

Jadi sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim untuk memperlakukan para ‘ulama dengan sebaik mungkin, namun tetap dalam batas-batas yang telah ditetapkan syari’ah.

Akhirnya mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada kita sehingga tidak tersesat dalam kehidupan yang penuh dengan fitnah ini.

Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada masyarakat sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Abdul Qadir Jaelani menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam. Selain itu dia memimpin madrasah dan ribath di Baghdad yang didirikan sejak 521 H sampai wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M). Juga dipimpin anak kedua Abdul Qadir Jaelani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M), sampai hancurnya Baghdad pada tahun 656 H/1258 M.

Syeikh Abdul Qadir Jaelani juga dikenal sebagai pendiri sekaligus penyebar salah satu tarekat terbesar didunia bernama tarekat Qodiriyah.

Sumber :wikipedia

Keajaiban Keajaiban diseputar Kelahiran Syeikh Abdul Qadir Jaelani

Pertama
Pada malam kelahiran Beliau, ayah beliau bertemu dengan Nabi Muhammad Saw.
dan RasululLah berkata:
"Wahai Abu Shalih, AlLah Yang Maha Kuasa telah menganugerahimu seorang anak saleh. Dia adalah kekasihku dan juga kekasih AlLah. Dia adalah yang paling mulia diantara Auliya' dan Aqthab"

Kedua
Saat lahir beliau memiliki tanda berupa tapak kaki RasululLah Saw. diatas tengkuk beliau. ini adalah merupakan tanda Walayah

Ketiga
AlLah memberi selamat kepada orangtua beliau didalam mimpi mereka,
bahwa kelak putranya akan menjadi "Sulthanul Auliya" dan orang-orang yang menentangnya akan menjadi ghumrah (sesat).

Keempat
Pada malam kelahiran beliau, sekitar 11.000 laki-laki lahir di jilan.
dan setiap mereka adalah Wali AlLah.

Kelima
Beliau Lahir pada 1 Ramadhan, ada pula riwayat yg menyebutkan 2 Ramadhan. dan sepanjang Ramadhan Beliau tidak pernah menyusu setelah lewat sahur. dan kembali menyusu setelah waktu berbuka. dengan kata lain beliau sudah mulai puasa sejak bayi.

Satu Kisah Yang terkenal
Satu kisah yang terkenal dari beliu tentang keluhuran dan keutamaan Syekh Abdul Qodir Jalani semoga Allah SWT senantiasa merahmatinya.

Pada suatu malam ketika beliau sedang bermunajat Kepada Allah SWT,bercengkrama dengan sang kekasih yang Maha Pengasih,dimalam yg panjang. tiba muncullah seberkas cahaya terang dan suara , "Wahai Syekh telah kuterima ketaatanmu dan segala pengabadian dan penghambaanmu, maka mula hari ini ku halalkan segala yg haram dan kubebaskan kau dari segala ibadah".
Syech Abdul Qodir jailanai mengambil sandalnya dan melemparkan ke cahaya tersebut dan menghardik "pergilah kau syetan laknatullah !!". cahaya itu hilang lalu terdengar suara "dari manakah kau tau aku adalah syetan?", Kata syech dari ucapanmu "Kau berkata telah menghalalkan yg haram dan membebaskanku dari syariat, sedangkan Nabi Muhammad SAW saja kekasih Allah masih menjalankan syariat dan mengharamkan yg haram.
Syetan berkata lagi sungguh keluasan ilmumu telah menyelamatkanmu. Syeck Abdul qodir jailani berkata lagi pergilah kau syetan laknattullah, Aku selamat karena rahmat dari Alah SWT bukan karena keluasan ilmuku.

Syeikh Abdul Qadir al-Jilani berkata:

“Allah adalah cahaya bagi semua langit dan bumi…” mula menyinari ruang hati kamu, lampu hati kamu akan menyala. Lampu hati itu “berada di dalam kaca, kaca itu sifatnya seumpama bintang berkilau-kilauan terang benderang…” Kemudian kepada hati itu anak panah penemuan-penemuan suci akan hinggap. Anak panah kilat akan mengeluarkan daripada awan petir maksud “bukan dari timur atau barat, dinyalakan dari pohon zaitun yang diberkati…” dan memancarkan cahaya ke atas pokok penemuan, sangat tulen, sangat lutsinar sehingga ia “memancarkan cahaya walaupun tidak disentuh oleh api”. Kemudian lampu makrifat (hikmah kebijaksanaan) akan menyala sendiri. Mana mungkin ia tidak menyala sedangkan cahaya rahsia Allah menyinarinya?.

maksut dari perkataan tersebut bisa dilihat dari “Sirr al-asrar fi ma yahtaju Ilahi al-abrar”
karya Syekh Abdul Qodir jailani,
“Rahasia dalam rahasia-rahasia yang Kebenarannya sangat diperlukan”
Melihat Allah ada dua jenis:
Pertama melihat sifat keindahan Allah yang sempurna secara langsung di akhirat’ dan satu lagi melihat sifat-sifat ketuhanan yang dipancarkan ke atas cermin yang jernih kepunyaan hati yang tulen di dalam kehidupan ini.
Dalam hal tersebut penyaksian kelihatan sebagai penzahiran cahaya keluar daripada keindahan Allah yang sempurna dan dilihat oleh mata hati yang hakiki.
“Hati tidak menafikan apa yang dia lihat”. (Surah Najmi, ayat 11).

Mengenai melihat kenyataan Allah melalui perantaraan, Nabi s.a.w bersabda, “Yang beriman adalah cermin kepada yang beriman”. Yang beriman yang pertama, cermin dalam ayat ini, adalah hati yang beriman yang suci murni, sementara yang beriman kedua adalah Yang Melihat bayangan-Nya di dalam cermin itu, Allah Yang Maha Tinggi. Sesiapa yang sampai kepada makam melihat kenyataan sifat Allah di dalam dunia ini akan melihat Zat Allah di akhirat, tanpa rupa tanpa bentuk.

Kenyataan ini disahkan oleh Saidina Umar r.a dengan katanya, “Hatiku melihat Tuhanku dengan cahaya Tuhanku”. Saidina Ali r.a berkata, “Aku tidak menyembah Allah kecuali aku melihat-Nya”. Mereka berdua tentu telah melihat sifat-sifat Allah dalam kenyataan. Jika seseorang melihat cahaya matahari masuk melalui jendela dan dia berkata, “Aku melihat matahari”, dia berkata benar.

Allah memberi gambaran yang jelas tentang kenyataan sifat-sifat-Nya:
“Allah itu nur bagi langit-langit dan bumi. Bandingan nur-Nya (adalah) seperti satu kurungan pelita yang di dalamnya ada pelita (sedang) pelita itu dalam satu kaca, (dan) kaca itu sebagai bintang yang seperti mutiara, yang dinyalakan (dengan minyak) dari pohon yang banyak faedah (iaitu) zaitun yang bukan bangsa timur dan bukan bangsa barat, yang minyaknya (sahaja) hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api, nur atas nur, Allah pimpin kepada nur-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mengadakan perumpamaan bagi manusia, dan Allah mengetahui tiap sesuatu”. (Surah Nuur, ayat 35).

Perumpamaan dalam ayat ini adalah hati yang yakin penuh di kalangan orang yang beriman. Lampu yang menerangi bekas hati itu ialah hakikat atau intipati kepada hati, sementara cahaya yang dipancarkan ialah rahsia Tuhan, ‘roh sultan’. Kaca adalah lutsinar dan tidak memerangkap cahaya di dalamnya tetapi ia melindunginya sambil menyebarkannya kerana ia umpama bintang. Sumber cahaya adalah pohon Ilahi. Pohon itu adalah makam atau suasana keesaan, menjalar dengan dahan dan akarnya, memupuk prinsip-prinsip iman, berhubung tanpa perantaraan dengan bahasa yang asli.

Allah menggambarkan pokok zaitun yang diberkati, pokok keesaan, bukan dari timur dan bukan dari barat. Dalam lain perkataan ia tidak ada permulaan dan tidak ada kesudahan, dan cahayanya yang menjadi sumber tidak terbit dan tidak terbenam. Ia kekal pada masa lalu dan tiada kesudahan pada masa akan datang. Kedua-dua Zat Allah dan sifat-sifat-Nya adalah kekal abadi. Kedua-dua kenyataan Zat-Nya dan kenyataan sifat-Nya bergantung kepada Zat-Nya.

Penyembahan yang sebenar hanya boleh dilakukan apabila hijab yang menutup hati tersingkap agar cahaya abadi menyinarinya. Hanya selepas itu hati menjadi terang dengan cahaya Ilahi. Hanya selepas itu roh menyaksikan perumpamaan Ilahi itu.


Syeikh Abdul Qadir al-Jilani berkata:

Cermin hati kamu itu telah ditakdirkan untuk memancarkan cahaya rahasia-rahasia Ilahi.

Allah berfirman yang artinya,

“(Yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. asy-Syu’ara: 88-89)

Al Ghazali mengatakan hati ibarat kaca begitu pula dengan Syech Abdul Qodir jailani "Hati kamu adalah seumpama cermin yang berkilat. Kamu mesti membersihkannya daripada debu dan kekotoran yang menutupinya. Cermin hati kamu itu telah ditakdirkan untuk memancarkan cahaya rahasia-rahasia Ilahi".

Nasihat syekh Abdul Qodir Jailani..

Wahai orang muda, janganlah engkau berputus asa daripada Rahmat Allah ‘Azza wa Jall kerana kemaksiatan yang telah engkau lakukan. Bersihkanlah kotoran dari pakaian agamamu dengan air taubat, dengan taubat yang istiqomah dan ikhlas. Kemudian, harumkanlah pakaian agamamu itu dengan (air wangi) ma‘rifah. Berhati-hatilah engkau dengan kedudukanmu sekarang kerana ke arah mana pun engkau toleh, terdapat hewan-hewan yang buas sedang berada di sekeliling dirimu, dan pengaruh-pengaruh jahat yang merusak pula sedang bertindak ke atas dirimu. Lepaskanlah dirimu daripadanya dan kembalikanlah hatimu kepada al-Haqq ‘Azza wa Jall.


Selagi kecintaan kepada dunia kekal di hatimu, tiada akan melihat engkau sesuatu daripada ahwal as-Salihin. Selagi engkau meminta-minta dari makhluk dan mempersekutukan (Allah) dengan mereka, tiada akan terbuka mata hatimu. Tiadalah kata-kata itu sehingga engkau berzuhud dari dunia dan makhluk. Bersungguh-sungguhlah engkau. Engkau akan melihat apa yang tidak dilihat oleh orang lain, dan akan terlepas bagimu adat.

Jika engkau tinggalkan apa yang di dalam hitunganmu (hisab) akan datang kepadamu apa yang bukan di dalam hitunganmu. Apabila engkau bergantung penuh kepada al-Haqq ‘Azza wa Jall, dan bertaqwa di dalam khalwah dan di khalayak ramai, Dia akan mengurniakanmu rezeki yang tidak disangka-sangka (la yahtasib). Engkau tinggalkan, Dia berikan. Engkau berzuhud, Dia temukan hajatmu.

Di peringkat permulaan, (ialah) meninggalkan. Di peringkat akhir, (ialah) pengambilan. Di awal urusan ini, ialah pemberatan kalbu dengan meninggalkan segala syahwat dan dunia, dan di akhirnya ialah pengambilannya. Yang pertama ialah bagi al-Muttaqin, dan yang kedua ialah bagi al-Abdal, yang telah sampai (al-wasilinn) kepada ketaatan (kepada) Allah ‘Azza wa Jall.

Kutipan sederhana dari Aa gym,

Bagaimana agar kita bisa makrifat? Bagaimana kita bisa menyingkap hijab diri? Tiap orang memiliki hijab berbeda-beda. Ada yang terhijab karena harta. Cirinya ia sangat takut kehilangan harta, hati dan pikirannya hanya disibukkan harta. Latihan menyingkapnya adalah dengan banyak memberi, usahakan memberi apa yang disenangi.

Ada pula yang hijabnya kecintaan yang berlebihan terhadap pasangan hidup, anak, keluarga, ilmu, atau pun lawan jenis yang belum halal. Bahkan ada pula yang hijabnya berlapis-lapis. Bila demikian, maka usaha untuk membuka hijabnya harus luar biasa beratnya. Intinya, hijab dunia latihannya dengan zuhud, ibadah dan doa. Berlatihlah untuk banyak mengingat Allah, di mana pun dan kapan pun. Pahami keutamaannya. Melihat apa pun kaitkanlah selalu dengan Allah, jangan hanya kepada makhluk. Wallaahu a'lam.

Orang yang sudah mampu mengendalikan hawa nafsunya, akan memiliki pandangan yang jernih dalam menatap Wujudul Haq (wujud Allah). Diumpamakan bagai telaga yang airnya jernih, tampak jelas keindahan semua isinya. Sebaliknya, telaga yang airnya kotor tidak terlihat apapun, kecuali hanya kekeruhan. Orang yang dapat menahan diri dari keinginan hawa nafsunya dan takut Tuhannya, akan memetik keindahan syurga.

وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ اْلهَوَى فَاِنَّ اْلجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurga sebagai tempatnya." (An Naajiyat: 40).

Sedangkan bila ingin lebih dalam

Penyibak hijab

Pengertian syuhud sebagai basyiratul qalbi (pandangan mata hati) seperti kaidah yang tertera dalam kitab Addurun Nafis: SYUHUUDUL KATSRAH FILWAHDAH, SYUHUUDUL WAHDAH FILKATSRAH,
"Pandang yang banyak pada yang satu dan pandang yang satu pada yang banyak". Sampai menemukan keyakinan dan pandangan yang benar, andai diungkapkan dalam bentuk kata-kata, maka lahirlah:
“Tidak aku melihat sesuatu, melainkan aku melihat Allah padanya, tidak aku melihat sesuatu melainkan aku melihat Allah sertanya, tidak aku melihat sesuatu melainkan aku melihat Allah sebelumnya, tidak aku melihat sesuatu melainkan aku melihat Allah sesudahnya”. Itulah kunci-kunci penyibak hijab.
Kunci-kunci tersebut harus dipraktekkan dengan landasan pemahaman tentang tauhidul af'al, tauhidul asma, tauhidus sifat dan tauhidu dzat (esa perbuatan, nama, sifat dan zat Allah). Inilah yang menjadi tonggak keyakinan, untuk memandang setiap kejadian di alam semesta pada hakikatnya perbuatan Allah, setiap nama hakikatnya nama Allah, setiap sifat hakikatnya sifat Allah dan setiap zat hakikatnya adalah zat Allah.
Bila semua perbuatan, nama, sifat dan zat telah disandarkan kepada Allah, maka akan membuahkan sikap terpuji yang disebut akhlakul karimah. Selanjutnya orang tersebut akan memiliki sikap tegar dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan. Sebagaimana terlukis pada kehidupan Rasulullah saw. Beliau memiliki sifat sabar, ikhlas, tawadhu (rendah hati) dan sifat terpuji lainnya. Akhlak tersebut tidak dipaksakan, tetapi muncul apa adanya sebagai refleksi syuhud.
Acuan syuhud adalah kalimat laailaha illallah (tidak ada tuhan selain Allah), yang berlanjut pada makna: Tidak ada sesuatu apapun selain Allah. Rasulullah saw. bersabda: "Kunci syurga itu laailaha illallah". Disebut kunci syurga, karena syurga bagi orang yang sedang menuju Allah dipahami sebagai syurga dalam arti ma'rifah. Seseorang tidak akan ma'rifah tanpa membuka kuncinya. Kunci itu adalah mengamalkan kalimat laailaha illallah sampai menemukan hakikat fana.
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَ يَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُوالْجَـلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan" (Ar Rahmaan: 26-27).
Tatkala sampai pada derajat fana, maka tersibaklah tirai yang menghalangi dalam memandang Allah. Fana ini pun sebagai kunci pembuka tirai ilahi.
Namun perlu digaris bawahi di sini, syuhud bukanlah wacana akal dan bukan pula perdebatan lisan, tapi Syuhud ada dalam rasa. Bagaimana rasa kehambaan sirna dalam rasa-Nya, tentunya rasa dalam arti esa. Demikian syuhud bagi para arifin billah. Tapi syuhud bagi salikin, dengan sarana ilmu tauhid untuk memandang kepada-Nya, hingga tertanam ‘ilmal yaqin (keyakinan ilmu).
Syuhud juga dilakukan dengan menggunakan syua’ul basyirah (penglihatan akal) dan ainul basyirah (penglihatan ilmu). Kemudian mengaplikasikan ilmu itu ke dalam kehidupannya, seiring zikir yang istiqomah. Sehingga muncul inner power atau kekuatan dari dalam diri yang dapat memicu semangat berjalan menuju kepada-Nya. Akhirnya dengan pengamalan syuhud yang benar akan runtuh segala prasangka dan tersingkaplah seluruh hijab.

Nasehat-nasehat Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, diambil dari Futuh Al-Ghaib

Satu
Melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan ridho atas ketentuan-Nya

Tiga hal yang harus dimiliki dan diamalkan oleh setiap mukmin dalam segala ruang dan waktu yaitu:
1. Menjaga dan melaksanakan perintah-perintah Allah dengan tulus dan ikhlas;
2. Menghindari diri dari segala yang haram baik nyata maupun samara;
3. rida menerima takdir Allah Yang Mahakuasa.

Dengan demikian, minimal seseorang yang beriman harus memiliki tiga hal sebagaimana tersebut di atas dan harus diusahakan untuk dapat mendarah daging dalam tubuhnya. Ia harus mengikta diri kepada tiga hal ke mana dan di mana dia berada serta dalam keadaan bagaimanapun juga.


Dua
Mengikuti sunnah Rasul SAW, menjauhi bida’ah, dan bersikap istiqamah

1. Seorang muslim harus mengikuti sunnah Rasul SAW dengan penuh keyakinan (keimanan).
2. Seorang muslim tidak sekali-kali melakukan perbuatan bid’ah
3. Seorang muslim harus mematuhi segala yang diperintahkan dan dilarang Allah SWT serta rasul-Nya
4. Seorang muslim harus menjunjung tinggi tauhid, jangan sekali-kali menyekutukan Dia (Allah SWT)
5. Seorang muslim harus menyucikan Dia (Allah) senantiasa, dan jangan sekali-kali menisbahkan suatu keburukan pun kepada-Nya
6. Seorang muslim harus mempertahankan kebenaran-Nya dan hendaklah jangan meragukan sedikitpun atas kebenaran tersebut.
7. Seorang muslim harus bersabar selalu, dalam setiap keadaan dan jangan sekali-kali menunjukan sifat ketidaksabaran.
8. Seorang muslim hendaknya mempunyai sifat isqtiqamah
9. Seorang muslim harus mempunyai pengharapan kepada Allah dengan sabar dan jangan kesal
10. Seorang muslim harus bekerja sama dengan sesame muslim dalam menjalankan amal dan ketaatan, jangan berpecah-pecah, saling mencintai, dan jangan mendendam
11. Seorang muslim harus menjauhi kejahatan dan jangan sekali-kali ternoda oleh kejahatan tersebut
12. Seorang muslim harus menghiasi dirinya dengan ketaatan kepada Tuhanmu.
13. Seorang muslim jangan sekali-kali menjauhi pintu-pintu Tuhan.
14. Seorang muslim jangan sekali-kali berpaling dari-Nya.
15. Seorang muslim hendaknya menyegerakan bertobat atas dosa yang telah dilakukan, jangan ditunda-tunda.
16. Seorang muslim tidak bosan-bosan untuk memohon ampunan kepada Allah siang dan malam.

Apabila seorang muslim telah berlaku demikian, ia akan mendapatkan rahmat dari Nya dan dijauhkan dari api neraka. Hidup bahagia di surga yang kekal. Kelak di akhirat, ia akan bertemu Allah, menikmati rahmat-Nya.
Di surga, ia bersama bidadari, mengendarai kuda-kuda yang berwarna putih. Bersuka ria dengan hurhur bermata putih, menghirup aneka aroma, dan diiringi melodi-melodi para hamba sahaya wanita yang cantik. Ia akan dimuliakan bersama Nabi, para siddiqin, para syahiddin, dan para salihin lainnya di surga yang tertinggi.

Tiga
Memohon pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla

Seandainya seorang hamba Allah mendapatkan kesulitan dalam hidupnya, pertama sekali ia harus berusaha mengatasinya dengan daya dan upayanya sendiri. Jika tak mampu mengatasi kesulitanya sendiri, hendaknya ia meminta pertolongan kepada sesamanya, misalnya kepada pejabat, hartawan, dan penguasa lainnya, atau tetangganya. Jika ia sakit hendaknya pergi ke tabib (dokter). Apabila masih juga tak berhasil, pertolongan terakhir yang diharapkan hendaknya kepada Khaliq-nya (Allah swt), Tuhan Yang Mahabesar lagi Mahakuasa. Caranya ialah dengan memanjatkan doa dengan diiringi kerendahan hati serta pujian-pujian untuk-Nya.


Apabila pertolongan itu tiada kunjung data dari Allah, jangan berputus asa. Ia harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, memuji dan memohon dengan penuh harap dan cemas. Apabila Allah tidak kunjung mengabulkan permohonannya dan doanya, ia harus meninggalkan segala yang berurusan dengan duniawi. Kemudian ia mencurahkan segala-galanya untuk kepentingan rohaninya (kepentingan akhirat).


Pada tingkatan ini, ia akan merasakan atau melihat dengan mata batinya atas kehendak Allah. Dan, sampailah ia kepada keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya.


Pada tahap ini ia akan menduduki haqqul yaqin (keyakinan yang hak/tinggi). Keyakinan tentang apakah itu?


Keyakinan yang dimaksudkan ialah tentang hakikat bahwa segala sesuatu itu tiada yang menggerakannya, kecuali Allah, tiada yang menghentikan, kecuali Allah Swt. Tiada kekayaan dan kemiskinan, kecuali Allah yang menghendakinya. Di hadapan Allah, seseorang bagaikan bayi di tangan dukun beranak atau mayat yang dimandikan, atau bola di kaki pemainnya. Tak kuasa apapun, kecuali kehendak Allah Swt. Dengan demikian, ia tak akan melihat, kecuali hanya kepada Allah. Tak akan mendengar, kecuali hanya dari Allah; jika mendapat sesuatu – menyenangkan atau menyedihkan – diyakini semata karena Allah belaka. Jika mendengarkan sesuatu, yang didengar adalah firman Allah melalui ilmu-Nya. Ia akan mendapatkan karunia-Nya dan mendapatkan keberuntungan karena mampu mendekatkan diri kepada-Nya. Ia menjadi mulia, rida atas segala yang dijumpainya. Ia merasa puas atas segala yang menimpanya, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan .

Akhirnya, ia rindu selalu kepada Allah, ingin terus memuji dan berzikir. Segala sesuatu dalam hidupnya bertumpu kepada Allah semata. Ia mendapatkan nur dari Allah karena ilmu Allah itu sendiri. Ia dimuliakan karena ilmu Allah juga. Dengan begitu, senantiasa puji dan syukur tercurahkan kepada Allah Yang Mahakuasa saja.

Empat
Mengharap rahmat Allah Azza wa Jalla

Jika engkau abaikan ciptaan, semoga Allah merahmatimu . Semoga Allah membunuh kehendakmu (yang tak baik) dan Dia menempatkanmu dalam kehidupan yang baru dan mulia.

Sekarang dirimu mendapatkan karunia berupa kehidupan yang abadi, mendapat kekayaan dan kebahagian yang abadi, dan mendapat rahmat dan ilmu sehingga tak mengenal kebodohan.
Engkau dilindungi Allah dari rasa takut. Engka dimuliakan sehingga tidak hina lagi dan selalu dekat kepada Allah sehingga menjadi tumpuan harapan bagi orang2 yang memohon kepada Allah melalui dirimu.

Kau menjadi pengganti rasul, para nabi dan shadiqqin. Kau adalah puncak wilayat dan para wali yang masih hidup mengerumunimu. Segala masalah dapat engkau selesaikan dan kau temukan jalan keluarnya. Sawah ladang berpanen melimpah ruah berkat doamu. Lenyapnya penderitaan umat juga melalui doamu. Orang-orang banyak yang datang dan bergegas menemuimu membawa bingkisan dan hadiah serta mengabdi kepadamu. Pengabdian dalam segala hal kehidupan. Semua itu karena ijin Sang Pencipta. Mereka senantiasa mendoakanmu. Tak ada dua mukmim yang memperselisihkan engkau. Inilah rahmat Allah SWT, wahai manusia. Dan Allah Pemilik segala rahmat.


Lima
Menghindari dunia
Jika engkau melihat dunia ini berada di tangan orang lain, janganlah takjub Dunia itu memang penuh dengan hiasan, tetapi di sisi lain penuh dengan racun yang mematikan. Tampaknya lembut, tetapi membahayakan bagi yang merabanya. Dunia pada hakikatnya mengecoh dan membuat manusia menyepelekan keburukan dari tipu daya dan janji-janji palsunya.

Apabila melihat yang demikian itu, hendaknya kau berlaku seakan-akan menghadapi orang yang sombong, sewenang-wenang, dan berbau busuk. Ibaratkanlah dunia itu seperti demikian. Jika melihat situasi yang demikian, berpalinglah dari kebusukannya. Tutuplah hidungmu agar tak menghirup bau amisnya. Tutuplah hidung dan telingamu dari bau dan suara hawa nafsu walaupun segala kenikmatan yang tersimpan di dalamnya menghampirimu. Allah SWT telah berfirman kepada nabi pilihannya (Muhammad saw)



وَلا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى


Janganlah engkau tujukan kedua matamu kepada (perhiasan) yang kami berikan kepada bermacam-macam orang di antara mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia, supaya mereka Kami cobai denganya. Dan rezeki Tuhanmu (dalam surga) lebih baik dan lebih kekal (QS 20:131)


Enam
Beribadah hanya karena Allah SWT
Apabila melaksanakan perintah Allah, tanggalkan pandangan manusia yang tertuju kepadamu dan tanggalkan kepentingan pribadimu dan hendaknya engkau tujukan kepada Allah saja.

Untuk menghindari pandangan manusia – yang memuji – atas amalanmu dalam melaksanakan perintah Allah, menghindarlah dari mereka, asingkan diri sepenuhnya dan bebaskan jiwamu dari segala harapan mereka. Lenyapkanlah segala nafsumu. Adapun tanda lenyapnya nafus ialah:

1. meninggalkan kesibukan mengejar duniawi;
2. berhubungan dengan mereka hanya untuk mendapatkan manfaat;
3. cenderung menghindarkan diri dara kemudaratan;
4. tidak menggantunkan diri sendiri dalam masalah pribadi.
5. tidak membantu melindungi diri sendiri, tetapi memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, karena Dia-lah Yang Mahakuasa.

Kemauan itu dapat lenyap dari jiwamu. Kemauan yang dimaksud ialah yang didorong oleh hawa nafsu. Adapun lenyapnya kemauan atas kehendak Allah itu ditandai sebagai berikut:

1. tidak pernah menurutkan keinginan, tak merasa butuh, tidak mempunyai tujuan, kecuali hanya satu tujuan dan satu kebutuhan, yakni kepada Allah SWT belaka;

2. kehendak Allah akan berwujud pada dirimu, sehingga jika kehendaknya bereaksi, tubuhmu menjadi pasif, namun hatimu tenang, pikiranmu jernih, nurani dan rohanimu menjadi berseri. Dengan demikian, kebutuhanmu tentang kebendaan kau pasrahkan dan engkau bergantung kepada Allah SWT saja;

3. gerakanmu digerakan oleh kekuasaan-Nya, lidah keabadian memberi hiasan kepadamu berupa nur-Nya yang menempatkan kedududukanmu sejajar dengan ulama hikmah yang telah mendahuluimu.

Jika mampu seperti demikian, niscaya engkah berhasil menaklukan diri sendiri, sehingga dalam ragamu tidak ada “kedirianmu”, laksana bejana yang hancur, bersih dari air dan endapan.



Engkau akan terpisahkan dari segala gerak manusiawi karena rohanimu menolak segala sesuatu. Rohmu hanya menerima kehendak Allah saja. Pada peringkat dan kedudukan seperti ini, engkau akan mendapatkan suatu keajaiban. Hal ini seolah-olah hanya usahamu dalam melatih diri dan rohmu, padahal sebenarnya adalah kehendak Allah belaka.

Pada kedudukan ini, engkau mampu menjadi orang yang dapat menundukan hati sendiri, sifat hewanimu telah musnah. Dengan demikian, engkau akan mendapat ilham atas kehendak Ilahi dan dambaan-dambaan baru dalam kenyataan sehari-hari.

Allah Yang Mahatinggi tak akan bersamamu, jika kedirianmu (nafsu duniawi, hewani, sifat yang merusakan/membutakan hati) belum sirna. Jika kedirianmu telah sirna, lalu kau menganggap sesuatu di dunia ini tak ada artinya kecuali Allah, Dia akan memberikan kebugaran dan kesegaran rohani. Allah akan memberi kekuatan rohani dan dengan rohani tersebut, engkau berkehendak.

Jika di dalam dirimu masih juga terdapat noda meskipun sekecil biji dzarah, Allah akan menolakmu agar engkau terus berusaha untuk diterima Allah. Allah pun terus menciptakan kemauan baru dalam dirimu agar engkau tidak merasa puas dengan amal dan ibadah yang kau lakukan, hal ini sampai pada akhir hayatmu.



Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah SWT berfirman,
“Hamba-Ku yang beriman senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku, yaitu dengan mengerjakan shalat-shalat sunnah yang diutamakan sehingga Aku mencintainya, maka Aku menjadi telinganya, dengannya ia mendengar, dan menjadi matanya, dengannya ia melihat, dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan menjadi kakinya, dengannya ia berjalan. Tak diragukan lagi, demikianlah keadaan fana.”

Oleh sebab itu, Dia menyelamatkanmu dari kejahatan para mahluk-Nya, kemudian mendorongmu dalam kebaikan-Nya. Dengan begitu, engkau akan menjadi pusat kebaikan, sumber rahmat, kebahagian, kenikmatan, semangat, damai dan sentosa.

Para wali terdahulu pun menunaikan ibadah untuk mendekatkan dirinya sedekat mungkin kepada Allah SWT. Itulah yang menjadi tujuannya, tujuan terakhir. Mereka senantiasa beralih dari kehendak yang timbul dari pribadinya sendiri, mengubahnya menjadi kehendak dari Allah. Itulah sebabnya, mereka kemudian disebut “badal” (berubah).

Bagi mereka ini, menggabungkan kehendak dirinya sendiri dengan kehendak Allah adalah dosa.

Apabila mereka terbawa tipuan perasaan2nya sendiri sehingga lalai atau takut, Allah menolong mereka dengan kasih sayang – Nya. Allah akan mengingatkan mereka dan akhirnya mereka sadar dan berlindung kepada Tuhannya. Merekea berlindung dari kemauan pribadinya karena menyadari bahwa mereka tak akan mampu membersihkan dirinya sampai sebersih mungkin dari nafsu dan kemauan, kecuali malaikat. Para malaikat memang suci dari nafsu dan kehendak, para nabi terbebas dari kedirian, sedangkan jin dan manusia tak terlepaskan dari nafsu yang kelak menuntut pertanggungjawaban moral. Akan tetapi, meskipun manusia itu tak dapat terbebas dari nafsu, para wali mampu melemahkan nafsunya sehingga dengan, bantuan Allah, mereka mendapatkan rahmat yang menguatkan akalnya.




Tujuh
Terlepas dari Ketertarikan Dunia
Perbaiki dirimu dan tinggalkan olehmu kegelisahan dunia sesuai kemampuanmu. Nabi Muhammad saw bersabda,” Lepaskan dirimu dari bingungnya urusan dunia, sejauh kemampuanmu “

Kalau kau mengetahui apa yang kau cari, kalau dunia kau peroleh, engkau akan menjumpai kelelahan. Kalau kau menaruh perhatian yang berlebihan pada dunia niscaya kau akan merugi. Bebaskan diri dari urusan dunia, lepaskan perhiasan dunia, lucuti pakaian hawa nafsu. Karena kesungguhan diri beribadah pada Allah adalah sebuah hidayah.

Kalau ingin bahagia, engkau harus memiliki ketenangan lahir dan batin. Bersabarlah atas pemberian Allah, hindari prasangka buruk atasNya, karena Dia menyayangimu. “ Boleh jadi engkau membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu, dan boleh jadi pula engkau menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu” (Al Baqarah 216)

Barangsiapa menginginkan jalan menuju keridhaan Allah , maka didiklah hawa nafsumu sebelum mendidik perbuatanmu. Bersungguh2lah sampai engkau mendapat ketenangan. Jangan turuti nafsu kecuali engkau telah melatih nafsumu dengan pelajaran dan perilaku baik. Dengan bersungguh2 mata akan terbuka dan kebodohan tak akan menghampiri kita. Hal ini membutuhkan pengikat dan waktu yang panjang, tidak dating begitu saja.

Pukullah nafsumu dengan cambuk lapar, cegahlah kehendaknya. Engkau harus bisa bertahan, karena nafsu hanya bisa berdusta dan tak pernah benar. Janjinya bohong dan Iblis adalah pentolannya. Dia tak punya kekuatan untuk memusuhi orang yang beriman.
Allah tidak memberi cobaan kepadamu kecuali disana ada hikmah dan faedah.

Kalau kau didera musibah, ingatlah dosa2mu. Mohonlah kesabaran padaNYA, perbanyak istigfar dan bertaubat lah segera. Bergaulah dengan para kekasih Allah, alim ulama dan teman yang bila kau melihatnya, mengingatkanmu akan Allah.

Wahai para pelanglang buana, Wahai para pelancong dunia, Peganglah erat-erat petunjukKu, Hingga sampai ditujuan, jangan kau keluar dari petunjuk, maka kau akan Kuberi petunjuk.

Bagaimana kau akan berperilaku baik, kalau tak berteman dengan Kawan yang berperilaku sopan santun
Bagaimana kau akan menimba ilmu, kalau kau tak senang dengan gurumu.


Syekh Abdul Qadir Jailani,
"Dudukkanlah dirimu bersama kehidupan duniawi, sedangkan kalbumu bersama kehidupan akhirat, dan rasamu bersama Rabbmu."

delapan
Lepas dari kemaksiatan
Wahai orang muda, janganlah engkau berputus asa daripada Rahmat Allah ‘Azza wa Jall kerana kemaksiatan yang telah engkau lakukan. Bersihkanlah kotoran dari pakaian agamamu dengan air taubat, dengan taubat yang istiqomah dan ikhlas. Kemudian, harumkanlah pakaian agamamu itu dengan (air wangi) ma‘rifah. Berhati-hatilah engkau dengan kedudukanmu sekarang kerana ke arah mana pun engkau toleh, terdapat hewan-hewan yang buas sedang berada di sekeliling dirimu, dan pengaruh-pengaruh jahat yang merusak pula sedang bertindak ke atas dirimu. Lepaskanlah dirimu daripadanya dan kembalikanlah hatimu kepada al-Haqq ‘Azza wa Jall.


Ada seorang insan yang telah berkata: “Aku ingin menjadi salah seorang daripada orang-orang yang mencari WajahNya. Hatiku telah terpandang Pintu Kedekatan (Bab al-Qurb) dan aku telah melihat para kekasih memasukinya dan kemudian telah keluar memakai pakaian-pakaian yang telah dianugerahkan oleh al-Malik (Raja, yakni Allah Ta‘la.) Apakah balasan untuk memasukinya?”

Kepadanya, aku telah menjawab: “Hendaklah engkau korbankan seluruh dirimu. Tinggalkan segala kehendak syahwat dan segala rasa kelazatan. Lenyapkan dirimu di dalamNya. Ucapkan selamat tinggal kepada segala taman syurga dan segala isi kandungannya, dan tinggalkanlah ia. Ucapkan selamat jalan kepada nafsu, hawa dan tabiat-tabiat. Ucapkan selamat jalan kepada segala keinginan, sama ada yang berbentuk keduniaan ataupun keakhiratan. Ucapkan selamat tinggal kepada setiap sesuatu dan engkau tinggalkannya di belakang hatimu. Setelah itu, masuklah. Engkau akan melihat apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, yang tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah terlintas di hati manusia.”

Sufi ialah seorang manusia yang telah bersih batinnya dan juga zahirnya, dengan mengikuti kitab Allah ‘Azza wa Jall dan sunnah rasulNya. Dan jika kebersihannya sudah bertambah, dia akan keluar dari lautan kewujudannya, dan meninggalkan segala kehendak, ikhtiar dan keinginannya, kerana kebersihan hatinya.

Asas kebaikan ialah dengan menuruti an-NabÏ SallAllahu ‘alaihi wa sallam pada (seluruh) perkataannya dan perbuatannya.
Apabila hati si hamba (qalb al-‘abd) telah bersih, dia akan dapat melihat an-Nabi SallAllahu ‘alaihi wa sallam di dalam tidurnya, yang akan memberitahunya tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dijauhkan.

Seluruh dirinya akan menjadi sekeping hati, dan terpisah dengan niatnya. Dia akan menjadi sebuah rahsia tanpa penyataan, satu kebersihan tanpa kekeruhan. Kulit zahirnya akan tertanggal dari dirinya, sehingga yang tinggal adalah isi (lubb) tanpa kulit.

Dia akan bersama an-Nabiyullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam dari segi maknawi, yang akan melatih hatinya dan berada di hadapannya. Tangannya berada di dalam tangan baginda Sallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan an-Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjadi penasihat mengenaiNya, dan penjaga pintuNya.

Di dalam sebuah mimpi, seorang lelaki tua telah bertanya kepada diriku , “Apakah yang dapat membawa seorang hamba itu dekat dengan Allah ‘Azza wa Jall?”

Maka aku telah menjawab, “Baginya satu permulaan dan satu kesudahan. Permulaannya ialah wara’ dan kesudahannya ialah penerimaan, penyerahan (at-taslim) dan persandaraan (at-tawakkul).”

Apabila seseorang itu bersikap benar dan ikhlas dengan Tuhan, dia tidak lagi mempedulikan setiap sesuatu selain daripadaNya, pada siang atau malam hari.

Wahai manusia, janganlah mengaku apa yang bukan milikmu. Esakanlah Allah dan janganlah mempersekutukanNya. Demi Allah (dengan melakukan yang demikian), apabila sampai panah takdir kepadamu, ia hanya akan mencalar dan tidak pula membunuhmu.

Sesiapa yang menginginkan kejayaan (al-falah), hendaklah dia menjadi sekeping tanah di bawah tapak kaki para masyaikh (para Mursyid).
Apakah ciri-ciri para masyaikh itu? Mereka adalah orang-orang yang telah menceraikan dunia dan segala makhluk, dan telah mengucapkan selamat tinggal kepada kedua-duanya (yakni dunia dan segala makhluk). Mereka juga telah mengucapkan selamat tinggal kepada setiap sesuatu, dari bawah al-‘arsy hinggalah ke dasar bumi . Mereka telah meninggalkan setiap sesuatu itu di belakang mereka, dan telah mengucapkan selamat tinggal sebagai seorang yang tidak akan kembali lagi. Mereka telah mengucapkan selamat tinggal kepada seluruh makhluk, termasuk diri mereka sendiri. Wujud mereka adalah bersama-sama Allah, pada setiap keadaan.

Siapa yang menuntut kecintaan Allah (namun masih) disertai dengan kewujudan nafsunya, maka dia sedang berkhayal dan berangan-angan.
Kebanyakan daripada mereka dari golongan al-mutazahhidin al-muta‘abbidin (orang-orang yang cuba menyerupai kaum Zuhud dan ahli ibadah), pada hakikatnya, adalah hamba-hamba para makhluk, yang telah mereka syirikkan (yakni menjadikannya sekutu bagi Allah).

Berdirilah engkau sekelian di hadapanNya di atas tapak-tapak kaki (aqdam) yang telah muflis daripada akal-akal fikiranmu dan ilmu-ilmumu, agar engkau sekalian dapat mengambil ilmu daripadaNya.

Janganlah merasa sangsi terhadapNya apabila Dia menunda Ijabah. Janganlah berputus asa dalam berdoa kepadaNya. Jika engkau tidak menerima apa-apa keuntungan, maka tidak pula engkau menanggung apa-apa kerugian. Jika Dia tidak memperkenankannya dengan serta-merta, maka Dia akan memberikan engkau gantian di Hari Kemudian.

Selagi kecintaan kepada dunia kekal di hatimu, tiada akan melihat engkau sesuatu daripada ahwal as-Salihin. Selagi engkau meminta-minta dari makhluk dan mempersekutukan (Allah) dengan mereka, tiada akan terbuka mata hatimu. Tiadalah kata-kata itu sehingga engkau berzuhud dari dunia dan makhluk. Bersungguh-sungguhlah engkau. Engkau akan melihat apa yang tidak dilihat oleh orang lain, dan akan terlepas bagimu adat.

Jika engkau tinggalkan apa yang di dalam hitunganmu (hisab) akan datang kepadamu apa yang bukan di dalam hitunganmu. Apabila engkau bergantung penuh kepada al-Haqq ‘Azza wa Jall, dan bertaqwa di dalam khalwah dan di khalayak ramai, Dia akan mengurniakanmu rezeki yang tidak disangka-sangka (la yahtasib). Engkau tinggalkan, Dia berikan. Engkau berzuhud, Dia temukan hajatmu.

Di peringkat permulaan, (ialah) meninggalkan. Di peringkat akhir, (ialah) pengambilan. Di awal urusan ini, ialah pemberatan kalbu dengan meninggalkan segala syahwat dan dunia, dan di akhirnya ialah pengambilannya. Yang pertama ialah bagi al-Muttaqin, dan yang kedua ialah bagi al-Abdal, yang telah sampai (al-wasilinn) kepada ketaatan (kepada) Allah ‘Azza wa Jall.

Kata-kata itu tidak sesuai untuk diucapkan sehingga segala tuhan-tuhanmu menjadi Tuhan yang satu, sehingga segala keinginanmu menjadi satu, dan sehingga segala tumpuan cintamu menjadi satu.

Hatimu hendaklah dijadikan satu. Bilakah kedekatan kepada al-Haqq dapat mendirikan kemahnya di dalam hatimu? Kapan hatimu akan menjadi majdhub (tertarik) dan sirr-mu menjadi muqarrab (didekatkan)? Dan kapankah segera engkau dapat menemui Tuhanmu, setelah engkau mengucapkan selamat tinggal kepada segala makhluk?

"Di dalam sebuah Mimpi seorang lelaki tua telah bertanya kepadaku. . ..
Wahai WaliulLah apakah yg dapat membawa seorang hamba itu dekat dengan
Allah SWT . . . . ?!
lalu aku telah menjawab kepadamu wahai Mubarok !
baginya ada 2 perkara yaitu . . .

1.PERMULAAN
yaitu jadi lah kamu org yg Wara'
(senantiasa menjauhkan diri dr segala macam Dosa)

2.KESUDAHAN
jadilah Org Yg Qona'ah !
Mendengar jawaban yg singkat dan padat tersebut . . .
Lelaki tua itupun Pergi dgn hati yg damai !
dan nampak Bersinar wajah yg sudah dimakan usia tersebut "


Mudah2 kisah diatas dapat menjadikan kita semakin IMAN kepada
Al-Haqq Allah azza wa jalla . . . .

baca selengkapnya......

Sabtu, 16 Oktober 2010

JUNAIDI AL-BAGDADI

Nama lengkapnya adalah Abdul Qasim Al-Junaid Al-Bagdadi. Di Indonesia lebih terkenal dengan sebutan Junaidi Al-Bagdadi. Beliau berguru kepada pamannya sendiri, Sirri Saqthy. Karena itu dalam majlis-majlis dzikir namanya sering disebut dan Ma'ruf Al Karakhi (gurunya Sirri Saqthy).

Syaikh sufi ini hidup pada abad ketiga hijriyah dan pulang ke ramhmatullah pada tahun 297 H. Ayahnya adalah seorang penjual kaca.

Sebuah kisah menceritakan bahwa beliau ingin sekali berjumpa dengan iblis, mahkluk terkutuk yang menggelincirkan Adam dan Hawa. Pada suatu hari, ketika dia berdiri di masjid tiba-tiba datanglah seorang tua masuk dan memandangnya dengan pandangan yang menakutkan. Kepada orang tua itu syeikh bertanya: "Siapakah engkau, karena aku tak tahan memandangmu atau berpikir tentang dirimu?"

Orang tua itu menjawab: "Aku adalah yang ingin kau lihat."

Syeikh berseru: "Wahai yang terkutuk, mengapa engkau tak mau tunduk kepada Adam?"

Iblis menjawab: "Wahai Junaid, bagaimana engkau dapat membayangkan bahwa aku harus tunduk kepada selain Allah?"

Al Junaid heran mendengar jawaban iblis tersebut. Sepintas jawabannya memang benar. Tampaklah iblis punya alasan kuat untuk menolak perintah Allah agar dia dan para malaikat besujud kepada Adam sebagai penghormatan kepada makhluk Allah yang baru. Tapi mengapa Allah mengutuk tindakan iblis tersebut?

Saat itu juga ada suara yang membisikkan pada Al Junaid: "Katakanlah padanya:'Kamu bohong. Kalau kamu hamba yang saleh, kamu tidak akan mendurhakai perintah-Nya."

Iblis mendengar suara hati Al Junahd tersebut lalu dia berteriak: "Demi Allah engkau telah membakarku." Lalu makhluk terkutuk itupun lenyap.

Kesalehan Al Junaid tidak diragukan lagi. Setiap hari ia melakukan sholat empat ratus rakaat. Selain banyak banyak melakukan shalat sunah diapun selalu membaca Al-Qur'an walaupun dalam keadaan sakit. Abu Bakar Al Athawi menceritakan bahwa menjelang wafatnya, Syeikh Junaid ingin mengkhatamkan Al-Qur'an. Lalu dia membaca Al Baqarah dan menghembuskan nafasnya yang terakhir.

baca selengkapnya......

Rabu, 13 Oktober 2010

SARI AS-SAQATHI




Sari As-Saqathi adalah seorang sufi besar yang pertama Kali mengajarkan kebenaran mistik dan peleburan sufi dikota Bagdad. Kebanyakan syekh-syekh sufi dinegeri Iraq adalah murid-muridnya. Bahkan Junaidi Al-Bagdadi, tokoh sufi yang sangat terkemuka, selain kemenakannya adalah salah satu muridnya. Dan beliau meninggal dunia dalam usia 98 tahun, tepatnya pada tahun 253 H atau 867 M.

Mulanya Sari tinggal di kota Bagdad dimana ia mempunyai sebuah toko barang-barang bekas. Dan pada suatu pasar kota bagdad terbakar. Setelah api padam, ternyata toko Sari tidak termakan api. Mendapatkan kenyataan ini, ia kemudian menyerahkan segala harta bendanya kepada orang-orang miskin. Setelah itu, Sari mengambil jalan kesyufian.

Sebagai seorang tokoh sufi yang termasyhur, beliau sering sekali mengeluarkan ajaran yang bermutu tinggi. Diantaranya beliau pernah berkata, "Diantara makhluk ciftaan Allah, tidak ada yang lebih terlampau baik sehingga malaikat-malaikat sendiri iri kepadanya. Jika ia jahat maka ia terlampau jahat sehingga syetan sendiri malu untuk bersahabat dengannya. Alangkah mengherankan, manusia yang sedemikian lemah itu masih mengingkari Allah yang sedemikian perkasa!"

Sementara itu, mengenai keajaiban atau karamah Sari As-Saqathi, juga banyak dibicarakan orang. Salah satunya, dikisahkan.
Pada suatu hari Junaid Al-Baghdadi melihat Sari As-Saqathi mencucurkan air mata. Junaid bertanya kepadanya, "Apa yang terjadi?"

Sari menjawab, "Aku telah berniat bahwa malam ini hendak menggantungkan sekendi air untuk didinginkan. Didalam mimpi aku bertemu dengan seorang bidadari. Aku bertanya siapakah yang telah memilikinya dan iapun menjawab; Aku adalah milik seseorang yang tidak menggantungkan kendi. Setelah itu, si bidadari menghempaskan kendiku ke atas. Saksikanlah olehmu sendiri!"

Junaid melihat pecahan-pecahan kendi yang berserakan diatas tanah. Dan pecahan-pecahan itu dibiarkan saja disitu untuk waktu yang lama. Keajaiban lainnya misalnya sebagai berikut: Sari mempunya seorang saudara perempuan yang pernah meminta izin untuk kamarnya. Namun permintaan itu ditolaknya.

"Hidupku tidak patut diperlakukan seperti itu," kata Sari pada saudaranya itu.

Pada suatu hari ia memasuki kamar Sari dan terlihat olehnya seorang wanita tu sedang menyapu.

"Sari, dulu engkau tidak mengizinkan aku untu mengurus dirimu, tetapi engkau membawa seseorang yang bukan sanak familimu."

Sari menjawab, "Janganlah engkau salah sangka. Dia adalam penduduk alam kubur. Ia pernah jatuh cinta padaku, namun kutolak. Maka ia meminta izin kepada Allah Yang Maha Besar untuk menyertai diriku, dan kepadanya Allah memberikan tugas untuk menyapu kamarku."

baca selengkapnya......

Selasa, 12 Oktober 2010

MALIK BIN DINAR

Malik Bin Dinar Al Sami, yang merupakan murid dari Hasan Al Bashri adalah putra dari seorang budak yang berbangsa Persia dan Sijistan (Kabul). Didalam kehidupannya ia terhitung sebagai ahli hadist shahih dan merawikan Hadist dari tokoh-tokoh kepercayaan dimasa lampau. Diantaranya adalah Anas bin Malik dan Ibnu Sirin. Selain itu, Malik bin Dinar juga dikenal sebagai seorang kaligrafi Al-Quran yang terkenal. Dan ia meninggal dunia sekitar tahun 130 H atau 748 M.

Pada waktu Malik bin Dinar dilahirkan, ayahnya adalah seorang budak. Tetapi, Malik bin Dinar adalah seorang yang merdeka.

Diriwayatkan suatu hari Malik bin Dinar bertolak dengan sebuah kapal penumpang, dari Mesir menuju Jeddah. Waktu itu dia masih muda. Kebetulan dikapal itu juga ada Dzun Nun Al-Mishri, seorang tokog sufi dan Wali Allah yang sangat terkenal dari Mesir. Meskipun Malik berpakaian penuh tambal, namun sebagai seorang wali Dzun Nun tidak berani menyapanya, meskipun hati ingin sekali berkenalan.

Suatu hari, ada seseorang yang kehilangan sekantong permata, dan tuduhan jatuh kepada Malik bin Dinar. Orang-orang hendak menghajarnya, namun dihalangi Dzun Nun. "Biarlah aku menanyakan kepadannya dengan baik-baik." ujar Dzun Nun.

Kemudian Dzun Nun mendekati Malik dan berkata, "Engkau dituduh mencuri. Dan kini, apa yang hendak dilakukan?"

Mendengar ucapan Dzun Nun, Malik memandang kelangit dan mengucapkan beberapa patah kata. Tiba-tiba ikan-ikan muncul kepermukaan laut dan masing-masing dengan sebuah permata dimulutnya. Dia lalu mengambil sebuah permata dan memberikannya kepada si penuduh. Kemudian Malik menapakkan kakinya diatas air dan berjalan pergi, bagaikan berjalan didaratan.





[disarikan dari kitab kasyful mahjub]

baca selengkapnya......

Senin, 11 Oktober 2010

SYARIFAH NAFISAH

Diceritakan, ada pejabat kerajaan yang hendak menyiksa seseorang yang tidak bersalah. Orang ini lalu mencari perlindungan kepada seorang wanita zuhud, zahidah, keturunan Rasulullah SAW. Namanya Syarifah Nafisah binti Al-Hasan bin Zaid bin Al-Hasan, putra Ali bin Abi Thalib dengan Syaidah Fatimah Azzahra.

Kepada orang itu, Syarifah Nafisah berpesan, "Allah Yang Maha Kuasa, akan menutupi mata orang yang zalim sehingga dia tidak bisa melihatmu."

Orang itu lalu pergi . Namun, dia berhasil dipergoki pejabat kerajaan bersama para pengawalnya. Anehnya, sipejabat berwenang tidak melihat buruannya walau ada didepan matanya.

Para pengawal lalu menceritakan kepada pejabat itu bahwa orang itu sebelumnya telah mengunjungi Syarifah Nafisah dan minta didoakan agar terbebas dari siksaannya. Mendengar cerita ini, si pejabat menyadari kesalahannya. Dia menundukan kepala seraya berkata, "kalau begitu, kedzalimamku telah mencapai tingkat sedemikian rupa, sehingga karena doa manusia saja Allah telah menutup mataku dari melihat orang yang terdzalimi! Ya Allah, aku bertobat kepadaMu."

Ketika pejabat itu mengangkat wajahnya lagi, dia melihat orang yang dicarinya itu berdiri dihadapannya. Diapun lalu mendoakan orang itu, mencium kepalanya, dan menghadiahi seperangkat pakaian bagus.

Sang pejabat kemudian mengumpulkan kekayaannya dan menyedekahkannya kepada orang-orang miskin.

Kisah yang dikutip Dr.Javad Nubakhsh dalam bukunya Sufi Women, itu baru sepenggal dari kisah hidup Syarifah Nafisah yang penuh dengan puasa, shalat malam, dan kezuhudm. Beliau juga terkenal luas tingkat karomah dan kemampuan kharismatiknya. Menurut sejarah, beliau lahir di Mekah, dan menikah dengan Ishak Mu'tamin bin Imam Ja!far As-Shadiq. Kemudian hijrah ke Mesir, negeri tempat beliau menghabiskan waktunya selama sekitar tujuh taun, sebelum akhirnya meninggal dunia pada 208 H/788 M.

Diceritakan, menjelang wafatnya Beliau sedang berpuasa, dan orang-orang menyarankannya agar membatalkan puasannya. Beliaupun berkata, "Alangkah anehnya sarankan ini. Selama tiga puluh tahun ini aku bercita-cita hendak menghadap Tuhanku dalam keadaan berpuasa. Apakah sekarang aku harus membatalkan puasaku? Tidak, tidak mungkin!"

Beliau lalu membaca ayat Al-Quran surah Al-An'am. Ketika sampai pada ayat "Bagi mereka Darussalam (rumah kediaman) disisi Tuhan mereka dan Dia-lah pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang mereka kerjakan" (ayat 127), zahidah inipun menghembuskan nafas terakhirnya.

Sebelum wafat, Syarifat Nafisah menyuruh orang menggali kubur untuknya dan mebacakan diatasnya Al-Qur'an sebanya enam ribu kali tamat. Dan, ketika beliau meninggal dunia, seluruh Mesir suasana berkabung yang sangat mendalam.






[sumber:sufi women;Dr.Javad Nurbakhsh
]

baca selengkapnya......

Minggu, 10 Oktober 2010

SHILAH BIN ASYIM AL-ADANI


Beliau adalah salah seorang sufi besar dan Wali Allah yang sangat terkenal. Dalam berbagai kitab yang mengupas tentang kekeramatan, disebutkan bahwa Shilah Bin Asyim Al-Adani adalah termasuk Wali Allah yang memiliki banyak sekali keajaiban.

Menurut riwayat, setiap malam beliau keluar dari rumah kemudian menuju padang pasir yang sepi. Ditempat itu Shilah semalaman beribadah kepada Allah SWT dengan tenang karena tidak terusik oleh manusia lain.

Pada suatu malam, seorang lelaki melihat kepergian Shilah kepadang pasir. Lelaki ini menjadi sangat penasaran, ingin mengetahui apa yang dilakukan Shilah disana. Akhirnya, dengan secara diam-diam dia mengikuti Shilah dibelakangnya.

Ketika lelaki ini sedang mengawasi Shilah beribadah, tiba-tiba dia menjadi sangat terkejut. Betapa tidak? Dia melihat seekor singa mendatangi Shilah dan kemudian duduk bersimpuh didepan kakinya. Kepatuhan hewan buas ini persis seorang pelayan yang sedang menjaga majikannya.

"Wahai singa, carilah rizki dari Allah disana, dipadang pasir yang luas!"Terdengar Shilah berkata.

Aneh, singa itu lalu bangkit dan mengaum dengan suara hendak meruntuhkan gunung yang ada diskitarnya. Dan singapun pergi entah kemana.

Sejak melihat kejadian itu, silelaki yang penasaran tak berani lagi menintip apa yang dilakukan Shilah.

Diriwayatkan pula, ketika Shilah berada di medan jihad tiba-tiba saja kuda yang ditungganginya mati karena terkena panah musuh. Dia lalu bangkit seraya berdoa, "Ya Allah jangan Engkau jadikan seorangpun yang menolong aku. Hidupkanlah hewan kendaraanku ini sampai aku tiba dirumah."

Allah SWT mengabulkan doanya. Kuda yang telah mati itu mendadak hidup kembali. Shilah pun menungganginya lagi dan meneruskan bertempur melawan orang-orang kafir. Selama peperangan berlangsung, kuda yang menjadi kendaraanya senantiasa dalam keadaan segar bugar.

Setelah peperangan selesai, Shilah menunggai kudanya sampai kampung halamanya. Setiba dirumah dia menyuruh salah seorang anaknya untuk melepaskan pakaian kuda tersebut.

Begitu pakaiannya dilepas, kuda nya langsung jatuh tersungkur, kemudian mati didepan kaki putera sang wali.

baca selengkapnya......

Sabtu, 09 Oktober 2010

ABU YA'QUB AL-HAMDANI

Abu Ya'qub Al-Hamdani adalah termasuk salah seorang tokoh sufi yang sangat terkenal dan besar sekali pengaruhnya. Beliau pun dikenal pula sebagai seorang Wali Qutub atau Wali Ghauts, yakni pemimpin para wali pada zamannya.

Dalam kitab Qalaidul Jawahir disebutkan, bahwa Syekh Abu Ya'qub wafat pada tahun 535 H. Mengenai kekeramatan atau karomah beliau, salah satunya adalah sebagai berikut:
Ketika belajar di Baghdad, Syekh Abdul Qadir Jailani dan teman-temannya sering mengunjungi orang-orang saleh. Pada suatu hari ia bersama dua orang temannya mengunjungi seorang Wali Ghauts yang dapat muncul sewaktu-waktu, yaitu Syekh Abu Ya'qub Al-Hamdani.

Sebelum mereka tiba ditempat tujuan, temannya yang bernama Ibnu Saqa' berkata,"Aku akan mengajukan pertanyaan yang tidak akan diketahui jawabannya."
Sementara satu temannya lagi yang bernama Abdullah bin Abi Asrun berkata,"Aku akan mengajukan pertannyaan yang akan kulihat bagaimanakah jawabannya."
Adapun Syekh Abdul Qadir hanya berkata,"Aku berlindung kepada Allah dari pengajukan pertanyaan kepada beliau. Yang aku harapkan adalah berkat beliau."

Sewaktu mereka tiba dirumah yang dituju, Syekh Abu Ya'qub tidak ada. Namun beberapa saat kemudian, tahu-tahu beliau sudah ada dihadapan mereka. Syekh Abu Yaqub memandang Ibnu Saqa' dengan tajam seraya berkata,"Hai Ibnu Saqa' apakah engkau akan menanyakan sesuatu yang tidak akan kuketahui jawabannya? Sungguh celaka engkau! Sungguh kulihat dimulutmu tersembul tanda kekafiran."
Setelah itu beliau menyebut pertanyaan yang akan diajukan Ibnu Saqa' dan sekaligus menjawabnya. Padahal Ibnu Saqa' belum sempat berkata sepatahpun.

Kemudian Syekh berkata kepda Abdullah, "Hai Abdullah, apakah engkau akan menanyakan persoalan untuk kamu lihat jawabannya? Ketahuilah, kamu kelak akan diuji dengan banyaknya kekayaan yang datang kepadamu, akibat sikapmu yang tidak sopan kepadaku."
Seperti tadi, beliau menyebutkan pertanyaan yang ada dihati tamunya sekaligus menjawabnya.

Selanjutnya beliau menoleh kepada Syekh Abdul Qadir yamg waktu itu masih muda, dan menyuruh agar duduk didekatnya.
Syekh Abu Ya'qub lalu berkata, "Hai Abdul Qadir, Allah dan RasulNya sangat senang dengan kesopananmu. aku seolah-olah melihat, kelak dikota Baghdad, engkau akan duduk memberikan pelajaran agama dihadapan para santri yang berdatangan dari segala penjuru.
Akupun seolah-olah melihat, setiap wali yang ada pada masamu, semuanya tunduk melihat keagunganmu.

Ketahuilah sebenarnya kedua telapak kakiku ini berada diatas tengkuk setiap wali Allah."
Setelah berkata demikian, tiba-tiba sang Wali Quthub lenyap dari pandangan mata para tamunya, tanpa diketahui kemana perginya.

Nah, kelak dikemudian hari apa yang dikatakan oleh Syekh Abu Ya'qub Al-Hamdani semuanya menjadi kenyataan.


[Disarikan dari kitab Jami' Karamatul Auliya, karnya Syekh Yusuf bin Ismail Nabhan/ATHOTS ALBANTANI]

baca selengkapnya......